Ini adalah sebuah kitab tentang Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah. Buku ini seluruhnya berbahasa Arab dan saya mendapat sebagian terjemahan dari kitab ini langsung dari Penyusun buku ini (H. Kholilurrahman, Lc).
dalam belajar pertama kita ini saya mendapati penjelasannya langsung pada halaman 14. langsung saja ya...
Beliau menjelaskan bahwa:
- Orang yang berkeyakinan bahwa Surga dan Neraka itu akan punah, maka orang tersebut sudah kafir. Hal itu karena ia sudah mendustakan kitab suci Al-Qur'an.
- Orang yang mengatakan, bahwa surga itu bukan kelezatan indrawi dan surga itu hanyalah kelezatan secara makna, maka orang tersebut juga difonis kafir. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa di surga itu kita makan dan minum bedanya dengan di dunia adalah kalau makan dan minum di surga itu tidak mengakibatkan kita buang air besar ataupun kecil. Karena makanan yang kita makan itu akan menjadi keringat yang baunya harum.
- Orang yang mengatakan , bahwa siksaan di neraka itu hanyalah siksaan secara makna dan bukan jasad. hal ini juga terhukumi kafir. Karena yang benar sesuai dengan Al-Qur'an bahwa siksa neraka itu meliputi siksa secara jasad dan jiwa.
- Termasuk juga dikatakan orang itu kafir kalau mengatakan bahwa ungkapan Al-Qur'an tentan surga yang digambarkan itu dengan sungai dan kesejukan hanyalah karena Al-Qur'an itu Turunnya di Negri Arab yang Tanahnya tandus dan panas.
- Orang yang mengingkari adanya kebangkitan jasad secara bersamaan di hari kiamat, maka orang itu kafir. atau mengatakan yang bangkit itu hanyalah ruh kita saja, maka ini juga kafir.
- Orang yang mengingkari kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah seperti Shalat, Zakat, dll juga difonis kafir. Atau mengharamkan yang halal dan menghalakan yang haram, ini juga termasuk golongan kafir. Adapun kalau orang yang malas shalat itu bukanlah kafir, asalkan ia tetap meyakini kewajiban untuk mengerjakan shalat. Jadi orang yang semacam ini tidak kafir, tetapi tetap saja juga dosa besar karena malasnya sehingga meninggalkan kewajiban.
- Orang yang menafikan wujud/keberadaan Allah, Nah ini sangat berat sekali kafirnya. dan yang termasuk di dalam golongan ini adalah orang-orang Atheis.
- Orang yang menyerupakan Allah dengan makhluknya, seperti perkataan yang menyebutkan, bahwa Allah itu bertempat, memiliki ukuran dan bentuk, dan memiliki Arah.
Kemudian bagaimana cara mengatasi faham yang salah tentang keberadaan Allah? jawabannya adalah: yakinlah, bahwa apapun yang engkau bayangkan tentang Dia, bahwa itu bukanlah Allah. karena yang terbayang di benak manusia itu seluruhnya mahluk". Sedang Allah sama sekali tidak menyerupai makhluknya sedikitpun.
Allah itu tidak dapat diraih oleh akal fikiran manusia dan ini disepakati oleh Ahlussunnah wal Jama'ah.
Untuk menghilangkan faham tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluknya) Abu Bakar shiddiq memiliki syair yang artinya:
- Merasa lemah dari meraih Allah , itulah sebenarnya pengetahuan terhadap Allah.
- Mencari-cari Zat Allah dan menyimpulkannya, itu adalah kekafiran.
- Kita harus memperhatikan perkataan Ulama'.
- Tidak ada yang tau hakikat Allah Kecuali Allah sendiri.
Ma'rifat kita kepada Allah bukanlah mengetahui zatnya. tetapi ma'rifat kita kepada Allah adalah mengetahui apa-apa yang diwajibkan oleh Allah dan mengetahui apa-apa yang mustahil dan wajib terhadap zatnya.
Imam Ahmad Ar-Rifa'i ( Seorang Ulama' besar semasa Abdul Qodir jailani) berkata, "Puncak ma'rifat dengan Allah itu adalah meyakini wujud Allah dengan tanpa sifat benda dan tanpa tempat". Penyusun buku mengatakan bahwa kalangan sufi yang mengatakan bahwa Allah itu menyatu dengan manusia itu adalah Sufi Gadungan.
Sebagai tamabahan dari penyusun buku, beliau menjelaskan bahwa para ulama telah meriwayatkan bahwasanya Syetan (jin kafir) itu pingsan kalau berdekatan dengan orang yang 'Alim.
Wallahu A'lam bi Shawab.
Demikian penjelasan terjemahan yang saya simak sendiri dari Penyusun buku. InsyaAllah saya akan terus Posting hasil belajar saya pada beliau setiap malam selasa.
Semoga Artikel ini bermanfaa. Amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar